adu mulut bermuat arogansi
mentari memerah marah
kupandang sebelah mata saja
karena kurasa bukan aku,tapi dia dan dia
berdebu udara dalam ruang
sibukku hanya melamunkan
akhirnya terbentur syarafku
membuka kedua mata,tak hanya sebelah
angin kering kemarau bersiul
air mata penghuni langit berjatuhan
ku ikut saling adu
dihimpun dengan gerak dan kata
atmosfir menghitam
rasa sakit menamparku
tertatih berlumur darah
kumengalah, tak kalah
No comments:
Post a Comment